MAHABBATUL ILAH WA HABBATUN NAAS

Sebelum seseorang mencintai sesuatu, maka pertama-tama yang harus dilakukan adalah mengenal lebih dekat obyek yang dicintai. Sama seperti mencintai seseorang dia harus mengenal lebih jauh tentang kepribadiannya, akhlaknya, keturunannya, dan juga lingkungannya.

Ada dua jenis cinta yang dimiliki oleh manusia yaitu cinta yang disertai dengan rasa rindu dan cinta karena memang dia layak untuk dicinta.

Baik cinta karena rindu maupun cinta karena memang dia layak untuk dicinta menimbulkan getaran dalam jiwa dan inilah yang menjadikan hidup manusia menjadi indah dan penuh pesona. Hal ini dikarenakan energi cinta telah menggerakkan kehidupan, sebaliknya tanpa cinta hidup menjadi hampa.

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai cinta pada dirinya sendiri, istri, anak, harta, dan cinta pada Rosul dan Tuhannya.

Cinta karena rindu, maka yang bersangkutan akan disibukkan untuk selalu mengingat-ingatnya, setiap saat ingin selalu bersamanya. Inilah bentuk cinta manusia pada umumnya. Rindu dan cinta merupakan tali temali yang sangat erat. _*Mencintai tanpa kerinduan merupakan bentuk cinta palsu karena bisa jadi cintanya mendua dengan yang lain*_.

Robiatul Adawiyah berkata : _*Tidak mungkin aku berada dalam kalbu yang memiliki dua dunia. Ketika yang satu memiliki kehendak dan yang lain juga mempunyai kehendak, apa mungkin menggabungkan dua kehendak itu menjadi satu?*_

Sedangkan cinta karena yang bersangkutan layak untuk dicinta dan inilah bentuk cinta yang tertinggi. Karena cinta ini segala titahnya akan diikuti dan larangan-larangannya akan dijauhi, seperti cinta pada Rosulullah dan cinta pada Robnya.

Di dalam bentuk cinta yang kedua ini ada orang yang mencintai karena takut akan siksa اَللّهُ ﷻ dan takut karena kurang sempurnanya ibadah kepada اَللّهُ ﷻ (_*khauf*_) dan mengharapkan kebaikan dari اَللّهُ ﷻ berupa surga-Nya (_*roja’*_).

Sementara itu ada orang yang dalam beribadahnya tidak mengharapkan surga dan tidak pula karena takut akan siksa, akan tetapi benar-benar karena cintanya kepada Robnya (_*hubbun ilah*_)..

Diriwayatkan bahwa suatu saat Malaikat Izrail datang menghampiri Nabi Ibrahim AS dan hendak mencabut nyawa beliau.

Nabi Ibrahim AS bertanya kepada Malaikat itu : “Wahai Malaikat Izrail, pernahkah engkau mendapati seorang kekasih ingin membunuh kekasihnya”?

Setelah mendapat wahyu dari اَللّهُ ﷻ, Malaikat Izrail menjawab : “Pernahkah engkau dapati seorang pecinta yang tidak ingin berjumpa dengan kekasihnya”?

Nabi Ibrahim kemudian menjawab : “Wahai Izrail, sekarang cabutlah nyawaku”.

والله اعلم بالصواب

Drs Ibnu Hajar M.Si
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980


Pondok Aren
Jum’at, 07 Februari 2025
08 Sya’ban 1446 H

scroll to top