KECENDEKIAWANAN HAIDAR ALWI DAN IRONI PEJABAT KEPARAT.

IMG-20250721-WA0003.jpg

Banyak orang yang sudah mengenal namanya, berkat aktivitasnya dalam memotori ratusan organ relawan di masa Pemerintahan Jokowi, dari sebelum hingga sesudah Jokowi menjadi Presiden ke 7 Republik Indonesia. Namun kebanyakan dari orang-orang itu yang belum mengetahui, siapa sesungguhnya sosok ini, selain dari background beliau sebagai seorang pengusaha.

Padahal beliau sejatinya bukan hanya seorang pengusaha, melainkan juga seorang Fisikawan Indonesia, juga seorang ahli pertambangan yang ide-idenya, jika orang-orang nantinya sudah pada tahu pemikirannya, akan meledak dan menjadi pembicaraan di tataran ahli pertambangan terkemuka di Republik Indonesia ini.

Apakah hanya sebatas sampai disitu kelebihan yang dimiliki oleh sosok ini? Tidak, beliau ternyata juga seorang cendekiawan yang sangat mengerti dan memiliki gagasan visioner tentang perbaikan ekonomi Indonesia ! Baginya, ekonomi Indonesia saat ini tidak akan kacau balau seperti sekarang, jika saja para pejabat negara yang berwenang di bidangnya, tidak kacau manajemennya.

Namanya Haidar Alwi, alumnus ITB yang pernah melanglang buana ke Amerika, dan menimba banyak ilmunya dari salah satu universitas disana. Beliau selama ini tidak hanya dikenal sebagai “Bapak Para Relawan”, namun juga pebisnis dan pemikir brilian yang tidak banyak bicara di ruang-ruang publik, sebagaimana lazimnya tokoh publik, namun beliau lebih banyak membuat kajian secara hening melalui Haidar Alwi Institute yang didirikannya.

Beliau meskipun sudah mengeluarkan dana ratusan miliar rupiah, untuk membantu mempromosikan dan memenangkan Jokowi di setiap pertempuran politiknya di periode waktu (2012-2024), namun beliau terlihat tetap tersenyum, tak pernah merasa sakit hati meskipun beliau selalu “tidak dilihat” oleh Jokowi.

Kenapa bisa demikian? Karena bagi Bang Haidar Alwi, membantu mempromosikan dan memenangkan Jokowi, pada dasarnya bukanlah tujuan utama, itu hanyalah sasaran antara. Lalu sasaran utamanya sendiri apa? Sasaran utamanya adalah memperjuangkan aspirasi rakyat !.

Sayangnya, Jokowi ternyata bukanlah Jokowi seperti yang beliau dan rakyat yakini, Jokowi bukanlah sosok yang ramah, yang menghilangkan jarak antara pemimpin dan rakyatnya. Jokowi bukanlah sebagaimana Bung Karno, sebagai Penyambung Lidah Rakyat, melainkan sebagai Penyambung Lidah Oligarki !.

Saya tau betul aslinya Bang Haidar Alwi sangat terluka hatinya, kecewa berat pada Jokowi yang dibantu dan dibela-belanya selama bertahun-tahun, namun Bang Haidar Alwi sangat pandai menyembunyikannya, sebab baginya terlalu berharap pada makhluk hanyalah kesia-siaan !. Karenanya seberat apapun kekecewaannya pada Jokowi, beliau tetap bisa tenang dan tersenyum.

Kita tidak akan bisa mengerti karakter sejati dari sosok Bang Haidar Alwi ini, jika kita tidak pernah membaca kedalaman karya-karya sufistiknya. Iya, beliau ternyata bukan hanya seorang pebisnis, namun beliau ternyata juga seorang cendekiawan, futuris, ekonom, pemikir kebangsaan yang mumpuni, sekaligus seorang Sufi yang kerap berfikir dan berdzikir di sela-sela kesibukan hariannya.

Maka saya tidak terlalu terkejut ketika saya memiliki kesempatan untuk mengunjungi rumahnya, di antara kolam renang dan kandang burung serta aneka satwa lainnya yang menghiasai rumahnya, terdapat pula musholah dan ruang-ruang i’tikaf yang hening.

Dan di beberapa kamar tidur istirahatnya, juga terdapat buku-buku perpustakaan yang tentu menjadikan beliau banyak berdialog dengan pemikir-pemikir besar di berbagai zaman dan sangat menginspirasinya.
“Bang, ini kamar tidur apa ruang perpustakaan?”. Tanya saya. “Kamar tidur”. Jawab beliau.

Setelah saya diajak beliau berkeliling di tiap-tiap ruangannya, selalu saja saya perhatikan ada ranjang tidur, meja, kursi dan buku-buku perpustakaan pribadinya. Ini artinya kemanapun Bang Haidar Alwi beristirahat di ruang-ruang dalam rumahnya, beliau tidak pernah lepas dari buku-buku dan bukan botol-botol bir seperti yang biasa menghiasi meja santai Pak Menteri Gas Melon itu !. Luar biasa.

Maka lihatlah, dalam berbagai kesempatan Bang Haidar Alwi, baik diminta atau tidak diminta, selalu saja dapat menyuguhkan berbagai pendapat dan ide-idenya untuk memperbaiki perekonomian Tanah air. Selain itu beliau yang kerap mengkritisi prilaku menyimpang orang-orang yang melakukan pengrusakan tempat-tempat ibadah milik umat non muslim, menjadikan dirinya juga dikenal sebagai tokoh toleransi antar umat beragama di Indonesia ini.

Ketika memperhatikan salah kaprah manajemen perekonomian Indonesia, Bang Haidar Alwi juga mengajukan beberapa gagasannya mengenai Srategi Menjemput Arah Baru Ekonomi Indonesia Menjelang 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia.

Bagi Bang Haidar Alwi, ulang tahun bangsa bukan sekadar perayaan, melainkan panggilan sejarah untuk menata ulang arah pembangunan agar lebih berdiri di atas kekuatan sendiri.

Menurut Bang Haidar Alwi, selama lebih dari lima dekade, dunia berada dalam hegemoni Amerika Serikat, penguasa dolar, pengendali energi, dan pengatur lalu lintas perdagangan global. Namun sejak 2017, setelah 35 tahun membangun kekuatan ekonominya secara sistematis dan tenang, Tiongkok mulai menyaingi dominasi tersebut.

Pasca-COVID, negara itu melesat dalam teknologi, kesehatan, militer, hingga sistem pembayaran global melalui konsolidasi BRICS. “Pertarungan Amerika dan Tiongkok bukan sekadar persaingan ekonomi, tapi benturan dua sistem besar.

Dan Indonesia harus memilih: menjadi penonton, atau ikut menentukan arah masa depan dunia,” ujar Bang Haidar Alwi.

Beliau mencermati bahwa strategi pelemahan dolar yang digunakan Amerika bertujuan menghidupkan kembali industrinya. Ini membuka celah bagi negara-negara seperti Indonesia untuk membangun fondasi baru, asal ada keberanian untuk berubah.

Tak hanya itu, Bang Haidar Alwi juga menyoroti bagaimana Amerika sebelumnya mencoba menghidupkan kembali ekonomi militernya melalui ketegangan geopolitik. Salah satunya adalah serangan terhadap Iran pada masa Trump. Langkah itu sempat diduga akan menjadi alat untuk mendorong permintaan senjata, sebagaimana pola lama Amerika di berbagai konflik.

Namun hasilnya justru sebaliknya. “Waktu menyerang Iran, yang muncul bukan legitimasi, tapi kecaman. Bukan hanya dari dunia internasional, tapi juga dari dalam negeri mereka sendiri,”. Jelas Bang Haidar Alwi.

Dunia tak lagi menyambut perang dengan dukungan. Maka strategi ekonomi menjadi pilihan: bukan lagi menguasai dunia dengan senjata, tetapi dengan harga yang lebih kompetitif.

Ah, rasanya terlalu panjang jika saya terangkan disini bagaimana gagasan-gagasan brilian Bang Haidar Alwi dalam mengemukakan pendapatnya untuk memperbaiki tata kelola perekonomian negara. Apalagi ketika beliau sudah berbicara soal kacaunya pengelolaan bisnis pertambangan di negeri ini, dan bagaimana cara memperbaikinya, kita akan seperti berhadapan dengan seorang pemimpin dunia yang sangat luas wawasannya.

Namun Bang Haidar Alwi tetaplah Bang Haidar Alwi yang rendah hati dan tidak kemaruk pada hal-hal yang bersifat duniawi. Beliau tidak seperti Jokowi yang banyak nggedabrus, serakah dan apa-apa serasa ingin dilahapnya sendiri. Bang Haidar Alwi itu cendekiawan tersembunyi, yang jauh dari kepentingan dan ambisi kekuasaan pribadi.

“Duniaku bukan tentang jabatan, pangkat gaji dan kecurangan. Duniaku tentang rakyat, tentang alam semesta dengan segala macam persoalan kemanusiaannya”. Kata beliau ke saya.

Hemmm…pantas saja Bang Haidar Alwi dengan Haidar Alwi Care-nya, selalu bergerak di kesenyapan untuk membantu rakyat yang kelaparan. Para Lansia dicarinya kemana-mana, dari kota ke kota. Yang sakit dibawanya ke rumah sakit dan diberinya bantuan makanan, yang kelaparan dikenyangkan, yang ingin sekolah disekolahkan.

Ooh…coba kita bandingkan sekarang dengan menteri-menteri kita yang pelit-pelitnya menembus planet terjauh, waowww…jauh sekali, tidak ada apa-apanya. Jangankan mereka bersedia membantu kesulitan rakyat, kentutnya dibelipun mereka tidak mau karena terlalu pelit !.

Pak Presiden Prabowo, tendang mereka-mereka yang bedebah itu, karena kalau tidak Pak Presiden Prabowopun akan ikut-ikutan terhina dan hanya akan jadi sampah peradaban Bangsa Indonesia !

Bravo Bang Haidar Alwi, lenyaplah para pejabat-pejabat pelit dan keparat ! Merdeka !…(SHE).

21 Juli 2025.

Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Analis Politik.

scroll to top