Swanara.com Taput. Setelah Aksi Jalan Kaki ( AJAK Tutup TPL) yang pernah viral itu berlalu sekitar enam bulan lebih, hari ini, Senin 24 Januari 2022, Togu Simorangkir, didampingi beberapa orang yang mewakili Komunitas/ aliansi, melaksanakan Konfrensi Pers, bertempat di Aquino Cafe, Balige – Toba, dimulai sekitar jam 11.20 wib.
Konfrensi Pers yang diberi tajuk ” Menagih Janji Presiden”, diantaranya dihadiri oleh Roganda Simanjuntak (Aman Tano Batak), Delima Silalahi (Direktur KSPPM) Benget Sibuea (Aliansi Tutup TPL Porsea), perwakilan Masyarakat Hutan Adat Sihaporas, Walsa Tampubolon, Firman Sinaga dan James Sitorus (Ketua dan Sekretaris GTA 54) dan juga sekitar 30 puluhan orang Jurnalis yang mewakili media masing-masing.
Sebagaimana diketahui, Togu dengan Tim Sebelas- nya, mulai melakukan aksi jalan kaki tanggal tgl 14 Juni 2021, start dari Makam Sisingamangaraja XII, Soposurung Balige, dan setelah 45 hari jalan kaki serta mengalami penangkapan yang dramatis terhadap Togu di Jakarta, pada akhirnya mereka diterima Presiden di Istana Negara pada tgl 6 Agustus 2021, namun apa yang mereka perjuangkan dan dibicarakan dengan Presiden dan dianggab sebagai janji presiden, terrnyata hingga saat ini belum dipenuhi.
Aksi Togu berjalan kaki ke Jakarta, pernah viral di beberapa media, baik cetak dan on line, begitu pula saat Presiden Jokowi bertemu empat mata dengan Togu, di istana pada 06 Agustus 2021. Kala itu, Presiden sudah langsung menyampaikan 3 SK Hutan Adat kepada Togu dan sisanya dijanjikan akan dituntaskan pada bulan Agustus 2021.
Dalam pertemuan ini, Togu menceritrakan serta merinci paparan Presiden ketika mereka bertemu empat mata di Istana, dimana menurut Presiden per Agustus tahun lalu sudah ada kepastian terhadap 15 SK yang menyangkut Hutan Adat dan dijelaskan pula bahwa pada pertemuan itu, Presiden sudah menyampaikan rencana menanam pohon di kawasan Danau Toba pada bulan Desember 2021 yang lalu.
“Memang, sudah ada pemberitahuan dari istana ke kami bahwa berhubung adanya bencana letusan gunung Merapi, maka kunjungan pak presiden ke Toba ditunda ke Januari 2022, tapi rencana itupun kemungkinan akan diundur, mungkin saja menjadi bulan Februari, bulan depan” jelas Togu
Sementara Ketua Aman Tano Batak, Roganda Simanjuntak merasa optimis bahwa tahun 2022 PT Toba Pulp Lestari akan tutup
“Sudah 30 tahun lebih wilayah Tano Batak diobrakabrik hutannya, ada 120 ribu HA lahan konsesinya, sementara yang menikmati keuntungan dari kekayaan dari alam kita itu hanya satu orang. Mereka merampok sumber daya alam kita, maka kita harus optimis supaya perusahaan perusak lingkungan itu hengkang dari Tano Batak” sebut Roganda.
Ditempat yang sama, Direktur KSPPM Delima Silalahi, dengan nada kecewa menjelaskan bahwa dokumen yang berisi dosa dosa selama PT TPL beroperasi di Tanah Batak, sudah sampai kepada Presiden melalui Togu, namun hingga kini dokumen tersebut entah sampai kapan dipelajari oleh pihak istana dan kementerian terkait
“Yang dapat menutup TPL adalah dosa dosa TPL itu sendiri, dan dokumen yang berisi dosa dosa itu sudah sampai kepada pak Presiden. Kita tahu bahwa beberapa Kementerian sudah turun ke Tano Batak, tapi apa hasil dari kunjungan mereka seolah ditutupi, tidak transparan diungkap ke publik” terangnya.
Pada sesi tanya jawab, Ricky Sibarani, yang menyebut dirinya dari LSM Pakar, dengan penuh semangat dan suara menggebu dan lantang menyuarakan yel yel Tutup TPL yang disambut hadirin dengan tepuk tangan yang riuh
“Hanya manusia bangsat yang berani mengatakan bahwa tidak ada Hutan Masyarajat Adat di Tano Batak:, TPL adalah sumber masalah di Tano Batak, mereka adalah penipu sekaligus perusak serta sumber masalah di Tano Batak” sebutnya.
Menjawab pertanyaan dari Kru Media Sumut perihal harapan Togu dkk pasca diadakan temu pers itu, dia menjawab bahwa dua janji pak presiden seharusnya dipenuhi secepatnya.
“Harapan kita adalah supaya kedua janji yang diucapkan pak presiden segera dipenuhi karena masyarakat menunggunya. Kedua janji itu menyangkut 15 SK terhadap Tanah Adat dan menanam pohon bersama masyarakat hukum adat” tutup Togu.
Sebelum acara konferensi pers berakhir, Perwakilan dari masyarakat adat Sihaporas melakukan ritual dan doa yang dipanjatkan kepada Yang Maha Pencipta dan kepada para arwah para leluhur Bangso Batak, dengan harapan agar wilayah Tano Batak segera mungkin dapat dipulihkan dari segala bentuk kerusakan alam dan tidak ada lagi penyerobotan lahan dan hutan adat.
( Haposan Simanjuntak )