Terjun Jurang Enggak Mati , Kisah Mr Kopral Sopir Senior Bus AKAP PO Putra Rafflesia di Sumatera

Terjun Jurang Enggak Mati , Kisah Mr Kopral Sopir Senior Bus AKAP PO Putra Rafflesia di Sumatera.

Mr Kopral yang bernama asli Hilian (54) ini sudah bergabung dengan PO Putra Rafflesia sejak tahun 1989.

Pria berusia setengah abad lebih itu telah melalui banyak pengalaman yang menguji ketahanan dan kemampuannya sebagai seorang sopir.

Mr Kopral memiliki tubuh berperawakan sedang dan raut wajah yang segar.

Saat dijumpai di markas PO Putra Rafflesia di Jalan Pangeran P. Natadirja, Kota Bengkulu, dia tampak tenang dan tidak banyak bicara.

Namun kisah-kisahnya mengungkapkan pengalaman berharga selama berkarir.

Baca Juga: Pantas Saja, Ini Alasan Sopir Bus AKAP Pilih Jalan di Malam Hari Ketimbang Siang

“Saya bergabung di Putra Rafflesia sejak tahun 1989, waktu itu sebagai kernet. Barulah setelah delapan tahun, saya diangkat menjadi sopir cadangan,” ungkap Mr Kopral, membuka cerita perjalanan karirnya.

Awalnya, ia belajar mengemudi secara otodidak di sebuah toko yang memiliki truk.

Saat sopir truk istirahat, saya belajar mengemudi. Ketika bisa menyetir, saya diterima jadi kernet bus,” kenangnya dengan penuh rasa syukur.

Setelah menjadi sopir, ia mengemudikan bus dengan rute Bengkulu-Palembang, dan pengalaman lintas provinsi pun mulai didapatkannya.

“Dari sana saya makin percaya diri,” tambahnya.

Kemampuan Mr Kopral dalam mengemudi membuatnya dipercaya oleh pemilik PO Putra Rafflesia untuk menjadi sopir pribadi selama 14 tahun.

“Hingga tahun 2014, saya kembali mengemudikan bus untuk berbagai rute dan wisata,”.

Ia juga pernah mengemudikan berbagai jenis bus, mulai dari tipe sedang hingga Avante H7 generasi terbaru, dan menceritakan pengalaman tak terlupakan saat mengalami kecelakaan di Kabupaten Rejang Lebong.

“Mobil (bus,-red) tiba-tiba masuk jurang, saya seperti senyap atau ‘blank’,” kenangnya dengan tegas.

Setelah kecelakaan itu, meski kondisi bodi depan bus hancur, beruntung tidak ada korban jiwa.

“Setelah semua penumpang selamat, saya baru sadar kaki kanan saya bengkak terjepit setir,”.

Menariknya, Mr Kopral juga menyebutkan rute-rute berbahaya di wilayah Bengkulu.

“Tebing Batu adalah salah satunya. Jika tidak sigap, bisa berbahaya karena banyak mobil yang masuk jurang,” ujarnya dengan serius.

Ia menekankan pentingnya istirahat yang cukup dan menghindari penggunaan narkotika.

Tidur cukup dan banyak minum air putih sudah cukup. Untuk apa menggunakan sabu? Itu justru membahayakan penumpang dan diri sendiri,” tegasnya.

Namun, ia bersyukur bahwa keluarganya memahami risikonya sebagai sopir bus.

“Keluarga sudah tahu ini risiko jadi sopir bus, bahkan anak kedua saya sekarang jadi sopir bus juga,” tuturnya dengan senyum bangga.

Mr Kopral menyebutkan, dedidkasi, pengalaman, dan komitmen pada keselamatan dapat menjadikan seorang pengemudi bus tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai panggilan jiwa.(Redaksi SWANARA)

scroll to top