ROBI’AH BERANJAK DEWASA

Ketika Robiah beranjak dewasa, ibu dan ayahnya meninggal dunia. Saat itu bencana kelaparan menimpa penduduk Basroh, Irak. Empat bersaudara terpisah, sedang Robiah sendiri jatuh di tangan seorang yang jahat. Kemudian Robiah dijualnya jugak kepada seorang yang juga jahat dengan harga beberapa dirham. Majikannya memerintahkan Robiah untuk bekerja keras.

Suatu hari ketika dalam perjalanan untuk memenuhi perintah majikannya, seseorang yang tidak dikenal menghampirinya. Robiah melarikan diri dan terjatuh, tangannya patah. Kemudian dia meletakkan wajahnya di atas tanah, seraya berkata : ” _*Ya Robb, aku adalah seorang asing tanpa ibu dan ayah. Aku seorang tawanan dan tanganku patah. Namun tak sedikitpun dari ujian itu yang membuatku sedih karena yang aku butuhkan adalah agar Engkau ridlo padaku. Ya Robb, apakah Engkau ridlo padaku atau tidak*_?”.

Tiba-tiba Robiah mendengar suara berkata : ” _*Wahai Robiah, janganlah engkau bersedih. Besok kemuliaan akan menjadi milikmu sehingga para penghuni surga yang paling dekat merasa bangga padamu*_ “.

Lalu Robiah pulang ke rumah majikannya. Pada siang hari dia bekerja untuk majikannya, shaum setiap hari, dan qiyamul lail hingga pagi hari.

Suatu hari, ketika majikannya sedang tidur, dia terjaga dan melewati jendela Robiah, dan mendengar suara. Ternyata suara itu adalah suara Robiah yang sedang berdoa :
_*Ya Robb, Engkau tahu bahwa keinginan hatiku adalah mengabdi dan menuruti perintah-Mu. Jika masalah ada di tanganku, aku tidak akan berhenti sesaat pun untuk mengabdi pada-Mu. Tetapi, kini Engkau telah menempatkanku di tangan makhluk ini. Jadi jika karena itu aku terlambat mengabdi kepada-Mu, maafkan aku Ya Robb*_.

Ketika majikannya hendak mendekati Robiah, dia melihat sebuah lampu lentera tergantung di atas kepala Robiah tanpa tali dan rantai, sehingga seluruh ruangan diterangi oleh sinar tersebut. Majikannya merasa takut dan berbisik kepada dirinya sendiri : ” _*Dia tidak bisa dibiarkan dalam perbudakan, dia bukan orang biasa*_ “.

Pada esok harinya dia berkata kepada Robiah : ” _*Hai Robiah, aku membebaskanmu dan engkau kini telah merdeka. Jika engkau ingin tinggal di sini, aku akan melayanimu dengan senang hati. Jika tidak, silakan pergilah kemana pun engkau mau*_ “.

Akhirnya Robiah meminta pergi ke suatu pertapaan untuk membenamkan dirinya dalam pengabdian pada . اَللّهُ ﷻ.

Dalam hidup selanjutnya dia banyak beribadah, bertaubat, dan menjauhi dari dunia. Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yang diberikan padanya. Bahkan dalam do’anya dia tidak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari Tuhan. Ia betul-betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin dekat dengan اَللّهُ ﷻ .

والله اعلم بالصواب

Drs Ibnu Hajar M.Si Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980

Drs Ibnu Hajar M.Si
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980


Pondok Aren
Selasa, 21 Januari 2025
21 Rajab 1446

scroll to top