Dharmasraya – Kabupaten Dharmasraya akhir-akhir ini dilanda curah hujan yang sangat tinggi, menyebabkan banjir dan longsor di beberapa titik. Salah satu daerah yang terkena dampak longsor adalah Jalan Jorong Lubuk Labu, Jorong Kanagarian Banai, Kecamatan Sembilan Koto.
Longsor yang terjadi pada 23 Februari 2025 lalu memiliki dampak yang sangat parah, menyebabkan akses utama masyarakat terputus. Namun, berkat kecepatan PT Bukit Raya Mudisa (BRM) dalam merespons kejadian tersebut, masyarakat dapat kembali menggunakan jalan penghubung Lubuk Labu.
PT BRM langsung beraksi cepat untuk membersihkan material longsor dan memulihkan akses jalan. Tindakan cepat dan tanggap ini membantu meringankan beban masyarakat yang terkena dampak longsor.
Menurut Endry Wahyudi, Humas PT BRM, pada 23 Februari lalu, Buyung, Tokoh Masyarakat Lubuk Labu, menghubungi perusahaan untuk meminta bantuan dalam membersihkan material longsor yang memutus akses desanya.
Permintaan tersebut segera direspon oleh PT BRM dengan mengirimkan Excavator untuk membersihkan material longsor. Proses pembersihan berlangsung selama beberapa hari, dari 24 Februari hingga 3 Maret 2025 lalu.
Tindakan cepat dan tanggap PT BRM ini membantu meringankan beban masyarakat Lubuk Labu yang terkena dampak longsor.
Efragil, Public Relation Officer PT BRM, membantah pernyataan yang menyebutkan bahwa perusahaan tidak berkontribusi atas longsor dan banjir di Kabupaten Dharmasraya.
“Sejak kejadian longsor dan banjir diinformasikan, kami langsung merespon cepat dengan menurunkan excavator ke Lubuk Labu,” jelas Efragil.
Menurutnya, titik longsornya ada lima, dan PT BRM telah membantu membersihkan material longsor di Lubuk Labu. “Alat kami sudah bekerja satu minggu di sana, dan saat ini jalannya sudah dapat dilalui lagi oleh warga,” tambahnya.
Efragil juga menjelaskan bahwa PT BRM telah mengirimkan alat berat ke titik longsor di IX Koto yang dikunjungi oleh Ibu Bupati dan Bapak Ketua DPRD. “Alat berat kami memang berada di lokasi yang jauh dari titik longsor, sehingga membutuhkan waktu untuk mobilisasi,” jelasnya.
“Ditambahkannya, alat berat di PT BRM pada dasarnya digunakan untuk operasional perusahaan, bukan sebagai alat siaga seperti yang dimiliki oleh BPBD, yang dapat digunakan secara langsung dan sewaktu-waktu saat terjadi bencana.”
Menanggapi tuduhan bahwa PT BRM tidak peduli dengan keadaan warga, Efragil menjelaskan bahwa perusahaan telah membantu korban bencana alam di beberapa daerah, seperti Pasaman, Pesisir Selatan, dan Agam.
“Mustahil jika kita disebut tidak peduli dengan keadaan warga di sekitar kita, PT BRM turut prihatin dan berempati atas bencana banjir dan longsor yang dialami masyarakat Dharmasraya, ” Tegas Efragil.(Tarmizi)