Love Scamming : Penipuan Berkedok Asmara Dan Jerat Finansial

Kudus – Love Scamming (atau Penipuan Romantis) adalah salah satu bentuk penipuan online yang paling merusak secara finansial dan emosional.

Modus operandi kejahatan ini adalah membangun hubungan asmara palsu dengan korban melalui internet atau media sosial, tujuannya tunggal: memeras uang atau mendapatkan keuntungan finansial lainnya.

Bagaimana Modus Operandi Love Scammer Bekerja

Penipu cinta tidak langsung meminta uang. Mereka mengikuti proses yang sistematis dan memakan waktu untuk menanamkan kepercayaan:

Pemilihan Target dan Pembangunan Profil

Target: Biasanya menyasar individu yang terlihat kesepian, baru bercerai, atau mencari pasangan di situs kencan/media sosial.

Catfishing: Scammer membuat profil palsu dengan menggunakan foto orang lain yang menarik (seringkali model, tentara, atau profesional yang sukses).

Mereka sering mengaku berasal dari negara Barat, memiliki pekerjaan bergaji tinggi (insinyur, dokter, tentara yang sedang bertugas di luar negeri), dan sering menggunakan bahasa Indonesia yang agak kaku.

Tahap Grooming (Penciptaan Kepercayaan)

Hubungan Intensif: Scammer akan sangat perhatian, berkomunikasi secara intens, dan segera menyatakan cinta yang mendalam (love bombing). Mereka membangun hubungan seolah-olah korban adalah belahan jiwa mereka.

Menolak Bertemu/Video Call: Mereka selalu punya alasan untuk tidak melakukan panggilan video atau pertemuan langsung (misalnya, sedang bertugas di zona perang, internet buruk, atau rahasia pekerjaan).

Menciptakan Masa Depan: Scammer menjanjikan masa depan bersama, seperti akan segera datang mengunjungi korban untuk menikah, dan akan tinggal menetap.
Tahap Permintaan Uang

Setelah ikatan emosional kuat, Scammer mulai menciptakan “Krisis” atau “Kebutuhan Mendesak” yang hanya bisa diselesaikan dengan bantuan finansial dari korban:

Masalah Mendadak: Kecelakaan, sakit, atau masalah hukum yang membutuhkan dana cepat (misalnya, harus membayar bea cukai agar hadiah mahal bisa dikirim ke korban).

Kebutuhan Bisnis/Investasi: Meminta bantuan modal untuk proyek yang akan membawa keuntungan besar.

Biaya Kepulangan: Alasan paling umum: butuh uang untuk tiket pesawat atau visa agar bisa segera bertemu korban.
Taktik Psikologis yang Digunakan

Manipulasi Emosional: Scammer menggunakan rasa bersalah, simpati, dan janji masa depan untuk menekan korban.

Ketergantungan: Hubungan yang intens membuat korban merasa Scammer adalah satu-satunya sumber kebahagiaan, sehingga mereka bersedia berkorban.

Ketakutan Kehilangan: Jika korban ragu, Scammer akan mengancam meninggalkan hubungan, membuat korban panik dan menuruti permintaan tersebut.
Tips Pencegahan dan Waspada

Jangan Pernah Transfer Uang: Aturan utama dan mutlak. Jangan pernah mengirim uang, kartu hadiah, atau informasi keuangan apa pun kepada seseorang yang belum pernah Anda temui secara langsung.

Lakukan Reverse Image Search: Gunakan Google Image atau TinEye untuk mencari tahu apakah foto profil yang digunakan Scammer adalah foto curian dari internet (identitas palsu).

Waspada dengan Cinta Terburu-buru: Jika seseorang menyatakan cinta mendalam dan janji masa depan dalam waktu singkat, itu adalah bendera merah (Red Flag). Hubungan nyata butuh waktu.

Tanyakan Detail Khusus: Scammer sering kehabisan akal ketika ditanya tentang detail pekerjaan atau lokasi mereka yang spesifik.

Tekan mereka dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh orang yang benar-benar tinggal di sana.

Batasi Informasi Pribadi: Jangan mudah memberikan data sensitif atau foto pribadi, karena ini bisa digunakan untuk pemerasan di kemudian hari.

Jika Anda merasa menjadi korban, segera hentikan semua komunikasi, blokir akunnya, dan laporkan kepada pihak berwenang atau platform tempat Anda bertemu dengannya.(Redaksi swanara)

scroll to top