Dikisahkan dari Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali bahwa suatu saat ada seseorang membeli budak yang masih muda usianya.
“Wahai tuan, aku sanggup menjadi pelayan Anda, tetapi aku ingin mengajukan tiga syarat”
“Syarat apa saja itu”. Tanya tuannya.
” _*Pertama*_, jika waktu shalat tiba, janganlah tuan melarangku untuk mengerjakan sholat tepat pada waknya. _*Kedua*_, janganlah tuan menyuruhku untuk mengerjakan sesuatu di malam hari, Silakan tuan menyuruhku apa saja di siang hari. _*Ketiga*_, aku minta agar disediakan kamar khusus untuk ku”.
Majikan itu menyanggupi dan menyetujui tiga syarat yang diajukan budaknya. Kemudian majikan itu mengajak budaknya berkeliling rumah untuk memilih kamar yang cocok untuknya.
Budak itu menemukan kamar yang cocok untuk dirinya, namun keadaan kamar itu tidak terurus.
Sang majikan merasa heran dan bertanya : “Mengapa engkau memilih kamar yang tidak terurus ini, padahal kamar yang rapih masih ada”?
“Wahai tuan, bukankah tempat yang tidak terurus ini akan menjadi taman yang indah bersama اَللّهُ ﷻ”. Jawab sang budak.
Sejak saat itu sang budak melayani tuannya dengan baik di siang hari, sedangkan malam harinya digunakan untuk beribadah penuh hanya kepada اَللّهُ ﷻ.
Suatu malam tuannya terbangun dan berkeliling rumah untuk melihat kamar budaknya. Betapa kaget dan terkejutnya sang tuan melihat kamar yang tadinya tak terurus menjadi kamar yang terang benderang penuh dengan cahaya gemerlapan yang luar biasa. Sementara sang tuan melihat budaknya sedang bersujud. Di atas kepala budak itu tergantung lampu yang cahayanya menembus ke langit.
Rupanya budak itu tidak tahu bahwa dirinya sedang diintip oleh tuannya. Budak itu berdo’a : “_*Ya Alloh, seandainya aku tidak berkewajiban untuk melayani tuanku di siang hari. Tentu siang dan malam aku pergunakan untuk hanya beribadah kepada-Mu*_”.
Kemudian sang tuan buru-buru meninggalkan kamar budaknya dan menceritakan kepada istrinya apa yang telah dilihatnya tadi.
Pada malam kedua, suami istri itu mengendap-endap kembali ke kamar budaknya dan dilihatnya budak itu sedang bersujud dengan keadaan yang sama seperti malam sebelumnya dengan cahaya yang terang benderang memenuhi ruang kamarnya.
Pada pagi harinya, sang tuan memanggil budak itu, sambil berkata : “_*Mulai hari ini aku merdekakan engkau karena اَللّهُ ﷻ dan engkau bebas beribadah di tempat ini siang dan malam”*_.
Tiba-tiba budak itu menjatuhkan diri dan tersungkur seraya berdoa : ” _*Ya اَللّهُ ﷻ, rahasiaku telah diketahui. Pasti sebentar lagi akan tersiar kepada hayalak berita tentang apa yang kuamalkan*_”..
Setelah berdoa demikian, sang budak tersebut meninggal dunia.
_*Subhanallah, hanya karena ibadahnya diketahui oleh majikan, rasa takutnya dari sifat riya’ sangat terjaga*_.
والله اعلم بالصواب
Drs Ibnu Hajar M.Si
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980
Pondok Aren
Selasa, 10 Desember 2024
08 Jumadil Awwal 1446 H