Jacob Ereste : Kannushi Dan Miko Sebagai Penjaga Dan Perawat Tradisi Serta Budaya Spiritual Dalam Agama Shinto

IMG-20240605-WA0068.jpg

Banten – Shinto merupakan agama asli Bangsa Jepang yang menjadi kepercayaan sejak lama hingga kini teta langgeng dan diyakini menjadi penuntun hidup, seperti Sunda Wiwitan dan aliran Kepercayaan dan Kejawen (Jawa), Marapu (Sumba) Psrmalin (Tobasa) dan sebagainya bagi suku bangsa Indonesia. Selain itu, agama yang datang dari luar, adalah Hindu, Budha. Konghuchu dan sebainya yang mendampingi agama langit, yaitu Islam yang ditandai kitab suci Al Qur’an, agama Kristen yang ditandai kitab Injil dan Yahudi dengan kitab Taurat. Padahal di dunia masih banyak jenis agama lain yang tetap terpelihara baik oleh penganutnya.

Yang menarik, penjanga kekayaan spiritual bangsa Jepang ada pada para Pendeta yang berperan tidak cuma sekedar pelaksana uoacara keagamaan semata, tetapi juga memjadi prnghubung msnusia atau umatnya dengan roh dalam kehidupan sehari-hari. Karenanya para pendeta agama Shinto berperan menjadi pelindung budaya dan spiritual dengan meneruskan nilai-nilai luhur para leluhur yang membentuk karakter masyarakat Jepang.

Agaknya, inilah kunci keberhasilan bangsa Jepang yang teguh menjaga dan membangun banyak hal dengan nilai-nilai yang bersejarah dengan sepenuh hati dan jiwanya. Sehingga suasana kehidupan yang berdimensi spiritual tetap terjaga dan lestari sampai hari ini.

Bahkan dalam setiap upacara dan do’a, bangsa Jepang menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam dsn roh yang ada, sebagai ekspresi dari keberadaan Tuhan. Demikian adanya dari keberadaan Shinto seperti praktek syariat yang diwujudkan dalam laku (amal) dan perbuatan sehari-hari pada ajaran sufi.

Kecuali itu, dalam tradisi dan budaya Shinto ada figur yang menjaga keharmonisan antara manusia dan alam serta desa-dewa suci sebafai sublimasi dari keberadaan Tuhan yang disebut Kannushi. Jadi bukan sekedar pendeta, tapi juga bertugas menjaga dan memimpin kuil Shinto tempat yang dianggap suci oleh umatnya.

Jadi, Kannushi adalah pelindung tradisi Shinto yang teguh memegang prindip ilmu dan ritual agar praktek keagamaan Shinto yang memiliki nilai sejarah itu tidak hilang tergerus jaman. Bahkan para Kannushi membsntu umat Shinto memahami pesan spuritual dan bisa mendapatkan panduan dari dewa-dewa alam.

Syahdan, bagi Bangsa Jepang, Kannushi bukan cuma pendeta, tetapi juga simbol kebijaksanaan dan kepempinpinan spiritual yang sekaligus menjaga nilai-nilsi tradisional bangsa Jepang. Semua itu dilakukan dengan penuh hormat untuk melanjutkan warisan keagamaan dan kebudayaan dalam kesucian dan kebijaksanaan yang melandasi tradisi Shinto sejak beberapa berabad silam.

Dalam tatanan budaya dan agama masyarakat Jepang, ada juga pendeta wanitanya yang disebut dengan Miko. Sosok pendeta wanita dalam tradisi dan budaya agama Shinto sebagai hasrat untuk mrnsmpilkan kelembutan dan keanggunan saat ritual-ritual keagamaan dilaksanakan atau saat upacara pemujaan di Kuil Shinto atau Jinia.

Para Miko lebih dikenal sebagai “Shrine Maiden” membawa kesucian dalam setiap upacara keaganaan. Jadi bukan hsnya membantu pelaksanaan ritual dengan indah, tapi juga menghidupkan energi spiritual. Dan dengan pakaian merah dan putih, setiap tersemat mskna yang dalam, yaitu keberanian dan semangat serta kesucian yang bersih. Hingga dengan simbul merah putih itu menampilkan keanggunan dan kesakralan peran Miko dalam agama Shinto.

Didamping itu, yuhad dan peran para Miko adalah mrmberi petunjuk, bimbingan serta nasehat keagamaan dan membangun ikatan yang akrab dengan umat Shinto termasuk komunikasi dengan roh. Hingga Shinto merupakan agama yang inklusif untuk memperkaya pengalaman dan pengetahuan keagamaan serta berperan untuk lebih berkontribusi bagi orang banyak.

Lebih dari itu, peran Miko adalah menjaga suasana yang suci dalam kelembutan tradisi dan budaya agama Shinto memandu ritual dengan atmosfer rohaniah yang sakral penuh nilai spiritual. Agaknya, itulah yang membuat tradisi dan budaya bangsa Jepang demikian solid dan kuat, karena mengajar dalam agama Shinto yang kukuh dan tangguh, tak bergeming dari benturan peradaban yang tengah melanda dunia.(Redaksi SWANARA)

scroll to top