ISRA’ MI’RAJ DAN TINJAUAN ASTRONOMI MODERN

Peringatan peristiwa
perjalanan Nabi Muhammad ﷺ dari _*Masjidil Haram*_ di Makkah ke _*Masjid Al-Aqsa*_ di Bait Al-Maqdis, jika dikaitkan dengan akal fikiran manusia, maka akal itu tak sanggup untuk menerimanya, kecuali dengan _IMAN_.

Sama seperti ucapan seekor semut yang mengklaim kepada sekelompok semut lain di koloninya yang mengatakan bahwa
“aku telah melakukan perjalanan dari Jakarta- Surabaya dalam waktu dua jam”.

Tentu saja klaim itu tidak diterima oleh semut yang lainnya karena seekor semut tidak mungkin dapat melakukan perjalanan sejauh itu hanya dalam waktu yang singkat, namun mereka lupa bahwa perjalanan yang ditempuh itu dilakukan dengan menumpang sebuah pesawat.

Berkaitan dengan peristiwa _Isra’ Mi’raj_ itu, kita meyakini tentang Kemahakuasaan اَللّهُ ﷻ yang telah menciptakan langit dengan tujuh lapis tanpa anak tangga yang menuntun dan menyangganya karena Al-Qur’an sendiri tidak memberi keterangan yang rinci tentang tujuh lapis langit itu.

Seperti dikutip dari Harian Republika yang ditulis _Almarhum Nurcholis Majid_ edisi 13 pada bulan Januari tahun 1913 seperti yang juga dirilis dalam _Tajuk Rasil_ tanggal 16 Februari 2024 bahwa ada keterangan tidak langsung tentang langit yang pertama, atau _*langit dunia*_ Yaitu bahwa langit yang pertama ini dihiasi oleh berjuta bintang. Ini dapat disimpulkan bahwa seluruh bintang dan seluruh benda langit sejak dari yang paling dekat ke bumi seperti _rembulan_ sampai ke bintang yang paling jauh yaitu _pluto_, berada di langit pertama.

Lalu bagaimana dengan bintang yang paling jauh dan berapa jaraknya ke bumi dan berapa jarak antara langit yang satu dengan langit yang tujuh lainnnya?.

Sebuah temuan paling mutakhir dalam astronomi modern, dengan alat-alat yang _ultra canggih_, menunjukkan bahwa _*bintang yang paling jauh dari bumi berjarak dua miliar tahun cahaya!*_ Artinya, bintang itu berada sedemikian jauh, sehingga cahaya atau sinar dari bintang terjauh untuk mencapai bumi itu memerlukan waktu _*dua miliar tahun kecepatan cahaya*_.

Kita dapat membayangkan betapa jauhnya jarak itu. _Kita juga memahami bahwa cahaya dapat keliling bumi pada khatulistiwa sebanyak tujuh kali dalam satu detik. Dan kalau kita bandingkan bahwa jarak matahari dari bumi hanya delapan menit cahaya. _*Jika dihitung dengan kilometer, maka jarak antara bumi dan matahari sejauh 120.000.000 km*_.
Jarak dari matahari ke bumi yang begitu jauh saja dapat memancarkan teriknya yang panas pada siang hari.

Berdasarkan tinjauan ilmiah itu, maka kalau RasuLuLLoh ﷺ melakukan Isra’ Mi’raj dengan kendaraan _bouroq_ yang melaju secepat cahaya, sesungguhnya beliau baru tembus langit pertama setelah berjalan dengan _*Dua miliar tahun. Dan baru sampai ke atas langit yang ketujuh setelah menempuh perjalanan empat belas miliar tahun. Kemudian sampai ke Makkah kembali dari perjalanan itu setelah dua puluh delapan miliar tahun*_.

Itu pun kalau memang betul bahwa batas langit pertama ialah hanya sejauh dua miliar tahun, seperti temuan mutakhir astronomi modern.

Jadi ilmu pengetahuan tidak akan sanggup menjelaskan peristiwa Isra’ Mi’raj. Apalagi kalau diingat bahwa, konon, menurut para ahli, kecepatan cahaya adalah kecepatan mutlak, sehingga setiap benda yang berjalan secepat cahaya akan lebur dan terurai menjadi energi. Karena itu mungkin sekali bahwa RasuLuLLoh ﷺ, ketika mengalami peristiwa maha hebat itu, dengan kehendak اَللّهُ ﷻ telah lepas dari dimensi ruang dan waktu.

Kalau _*Einstein, dengan teori kenisbiannya*_, dapat menerangkan secara teoritis bahwa manusia dapat ‘berjalan-jalan ke masa lampau, maka berarti kemungkinan seseorang lepas dari dimensi ruang dan waktu juga dapat diterangkan secara teoritis ilmiah. Hanya wujudlah yang tidak mungkin kita ketahui, karena kita sendiri dikungkung oleh dimensi ruang dan waktu itu.

_*Maka benarlah Sahabat Abu Bakar dengan sikapnya yang penuh iman kepada اَللّهُ ﷻ dan kepada nabi Muhammad ﷺ, penutup para Nabi dan Rasul. Dan kita pun meneladani sikap Abu Bakar RA yang mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj itu tanpa reserve*_.

والله اعلم بالصواب

Guci, Tegal
Ahad, 26 Januari 2025
26 Rajab 1446 H

scroll to top