Pada mulanya _Fathimah_ selalu hidup dengan bergelimang harta, di samping mempunyai paras yang cantik, Fathimah merupakan putri dari seorang kholifah _Abdul Malik bin Marwan_, cucu dari seorang kholifah, dan saudara dari kholifah.
Selama bertahun-tahun, sebagai putri seorang kholifah, Fathimah hidup dalam kemewahan, berenang dalam lautan perhiasan permata, hingga semua berubah di bulan _*Safar tahun 99 Hijriah saat Umar bin Abdul Aziz, suaminya dilantik menjadi kholifah*_.
Semula Fathimah mengira bahwa dengan pelantikan suaminya tersebut ia akan seperti istri para kholifah lainnya yang memiliki wewenang untuk menyuruh dan melarang rakyatnya sesuka hatinya.
Kini segala kehidupan dunianya telah berubah drastis saat suaminya dilantik sebagai kholifah. Kenikmatan dalam hidupnya tinggal kenangan masa lalu, yang tersisa dalam khayalannya hanyalah kenangan yang berlalu dengan cepat, kemudian buyar. Kondisinya telah berubah, kehidupan yang dulu bergelimang kenikmatan, kini telah digantikan dengan kehidupan baru yang penuh dengan keprihatinan.
Kenyataan yang tidak pernah dibayangkan oleh Fathimah sebelumnya, ia harus menanggalkan semua perhiasan yang menghiasi dirinya yang biasanya dia bangga-banggakan di hadapan wanita lainnya. Apa yang terjadi?
Setelah _Umar bin Abdul Aziz_ diangkat menjadi kholifah, beliau memberikan pilihan kepada istrinya, _Fathimah binti Abdul Malik_ untuk memilih masa depannya sendiri. _*Apakah akan tetap setia mendampinginya dengan resiko hidup sederhana ataukah akan memilih hidup bergelimang harta dengan resiko bercerai dengannya?*_
Akhirnya dengan akal sehatnya, Fathimah tetap bersama suaminya dalam kondisi apapun, ikut merasakan hidup bersama-sama suaminya. Kemudian _Umar bin Abdul Aziz_ merangkul istrinya untuk memikul tanggungjawab secara bersama-sama.
Suatu hari _Umar bin Abdul Aziz_ mendapatkan istrinya mengenakan kalung yang diperoleh dari pemberian ayahnya _*Malik bin Marwan*_ ketika menjabat kholifah. Umar berkata : _*Kembalikan perhiasanmu ke Baitul Mal atau ijinkan aku untuk menceraikanmu. Aku tidak suka bila aku, kamu, dan perhiasan itu dalam satu rumah*_.
_*Tidak, wahai suamiku. Aku akan tetap memilihmu walaupun harus mengembalikan lebih dari perhiasan itu, andai aku punya*_”.
Lalu, Fathimah langsung melepas perhiasan itu dan mengembalikannya ke _Baitul Mal_.
Setelah Umar bin Abdul Aziz wafat dan kedudukan kholifah digantikan oleh _*Yazid bin Abdul Malik*_ saudara dari Fathimah, dia berkata : _*Wahai saudaraku Fathimah seandainya engkau mau mengambil perhiasanmu lagi aku akan mengambilnya kembali dari Baitul Mal*_ “. Kata Yazid
_*Aku tidak menginginkannya. Aku telah mengembalikan perhiasan itu ke Baitul Mal saat suamiku masih hidup, kemudian aku disuruh mengambilnya kembali setelah dia wafat ?. Demi Alloh, selamanya aku tidak akan mengambilnya lagi dan tidak membutuhkannya*_ Jawab Fathimah.
Ketika _*Yazid bin Abdul Malik*_ sang kholifah melihat pendiriannya, dia kemudian membagikan perhiasan itu kepada istri dan anak-anaknya. Astaghfirullah.
_*Demikianlah Fathimah memilih Umar karena اَللّهُ ﷻ dan menganggap suaminya sebagai perhiasan abadi, sementara intan dan permata hanya perhiasan sementara*_.
واالله اعلم بالصواب

Drs Ibnu Hajar M.Si
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980
Pondok Aren
Ahad, 19 January 2025
19 Rajab 1446