Banyumas – Enam duta besar dari Seychelles, Polandia, Kamboja, Ethiopia, Uzbekistan, dan Kuba melakukan kunjungan kerja ke Banyumas untuk mempelajari pengolahan sampah yang dinilai berhasil diterapkan di daerah ini.
Berlangsung Rabu ( 26/11/2025), mereka meninjau dua lokasi pengelolaan sampah, yakni TPA Banyumas Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) di Wlahar Wetan dan TPA Kedungrandu Kecamatan Patikraja.
Duta Besar Seychelles untuk Indonesia, Nico Barito, mengatakan kunjungan ini bukan yang pertama. Ia telah tiga kali datang ke Banyumas dan bahkan pernah membawa sejumlah menteri dari berbagai negara untuk melihat langsung proses pengelolaan sampah di daerah tersebut.
“ Buktinya sudah tiga kali saya datang ke pengolahan sampah di Banyumas dan bukan hanya sekali saya datang sendiri. Saya sudah banyak membawa menteri dari berbagai negara kemari. Jadi pasti ada nilai tambah khusus. Kalau tidak, saya tidak berani mengundang teman-teman kemari. Apa yang dikerjakan Banyumas sudah baik,”ujarnya.
Nico menjelaskan, Seychelles merupakan negara kepulauan di Samudra Hindia dengan pendapatan utama dari sektor pariwisata dan perikanan. Karena itu, pengelolaan lingkungan menjadi hal yang sangat penting bagi keberlanjutan hidup masyarakat di negaranya.
“Negara kami berada di Samudra Hindia. Pendapatan utama kami berasal dari pariwisata dan perikanan. Dengan menjaga kelestarian alam, kehidupan akan tetap terjaga,” ujarnya.
Bupati Banyumas Sadewo Tri L yang mendampingi para duta besar, menyampaikan bahwa Banyumas terus berupaya menyelesaikan persoalan sampah melalui penguatan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan TPA BLE.
Keterbatasan anggaran membuat pemerintah daerah tidak dapat membeli atau melakukan perawatan mesin secara maksimal.
“Saya sedang mengupayakan agar pengolahan selesai di TPST. Tapi kondisi anggaran sedang kembang-kempis, jadi kami sulit membeli mesin baru atau merawat mesin yang ada. Karena itu, kami menggandeng investor agar menaruh mesin pengolahan sampah, “ jelasnya.
Menurut Sadewo, rencana investasi pengolahan sampah di TPA Kedungrandu akan menggunakan mesin berkapasitas 10 ton per hari dan dikelola bersama kelompok swadaya masyarakat.
Pendanaan operasional akan diperoleh dari penjualan plastik dan biji plastik hasil pemilahan. Pemkab juga tengah mengembangkan inovasi pembuatan pallet berbahan limbah plastik sebagai pengganti pallet kayu.
“ Di Kedungrandu nanti bukan biaya dari pemerintah daerah, tetapi investor yang menaruh mesin satu set dengan kapasitas 10 ton per hari. Mereka bekerja sama dengan kelompok swadaya masyarakat. Selain itu, kami sedang menyiapkan inovasi pallet dari limbah plastik karena permintaannya cukup tinggi, “ kata Sadewo.
Para duta besar juga mendapatkan penjelasan mengenai sistem pengolahan sampah Banyumas, termasuk pemanfaatan sampah organik untuk budidaya maggot, produksi paving block dari sampah tertentu, hingga berbagai bentuk daur ulang yang memiliki nilai ekonomi.(Redaksi swanara)
