Aceh – Senyum merekah di wajah Sultan Muhammad Rizaldi, siswa SMAN 1 Banda Aceh, saat membuka bekal makan siangnya.
Harapannya terkabul, di dalam omprengnya terhidang seporsi paha ayam goreng berwarna kuning keemasan, menu favoritnya.
Selain ayam, paket Makan Bergizi Gratis (MBG) tersebut juga berisi nasi, tahu, tempe, sup, dan jeruk. Dalam sekejap, seluruh menu itu habis dilahap.
“Alhamdulillah, ini menu favoritku,” ujar Sultan, yang sehari-hari menerima uang saku Rp20 ribu.
Sultan mengaku, program ini tidak hanya membuatnya kenyang, tetapi juga membantunya berhemat dan menabung. Ia juga merasa menu MBG lebih higienis dan sehat dibandingkan jajanan di luar.
Hal senada juga dirasakan Ghufran, siswa SMPN 1 Banda Aceh. Ia bercerita, sejak rutin mendapatkan makan siang, tubuhnya terasa lebih berenergi dan tidak mudah lemas.
“Menurut saya program ini punya banyak manfaat. Apalagi ketika siang hari, badan sudah terasa lemas lalu mendapatkan makan siang bergizi. Jadi bertenaga lagi,” tuturnya.
Di Banda Aceh, program MBG ini menjangkau 3.365 siswa di 14 sekolah, mulai dari tingkat TK/PAUD hingga SMA.
1. Dapur Siaga 24 Jam demi Gizi Anak Bangsa
Di balik hidangan lezat tersebut, ada kerja keras tim Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polda Aceh yang dipimpin oleh Ermadini Harsa.
Ia menjelaskan, timnya bekerja sejak tengah malam hingga pukul enam pagi untuk menyiapkan 3.300 porsi makanan setiap hari.
Menurut Ermadini, prosesnya dimulai dari pemeriksaan bahan baku yang ketat. “Ayam, harus dicek apakah masih segar atau tidak. Juga ditimbang apakah jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dapur,” jelasnya.
Untuk menjamin kualitas dan keamanan, tim ahli gizi dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Aceh terlibat dalam menyusun menu.
Iptu Fauzan, anggota Tim Security Food SPPG Polda Aceh, mengatakan, setiap makanan dipastikan bebas dari bahan kimia berbahaya seperti sianida, formalin, dan boraks. “Ini wujud komitmen Polri dalam menjaga standar pelayanan gizi,” tegasnya.
2. Target Melebihi Ekspektasi
Kepala Satgas MBG Polri, Komjen Pol. Dedi Prasetyo, mengungkapkan bahwa program ini merupakan realisasi dari Memorandum of Understanding (MoU) antara Polri dan Badan Gizi Nasional (BGN).
Dari komunikasi tersebut, lahirlah dua SPPG prototipe di Pejaten dan Cipinang, Jakarta, yang menjadi rujukan bagi daerah lain.
Polri awalnya menargetkan pembangunan 100 SPPG pada tahun 2025. Namun, hingga 1 Juli 2025, target tersebut berhasil dilampaui dengan terbangunnya 139 SPPG di berbagai daerah.
“Kami sudah menemukan polanya,” kata Dedi.
Ia menegaskan, program MBG bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045.(Redaksi swanara)