Cerita Korban Selamat Speedboat Karam Di Riam Panjang Mahulu: Tak Menyangka Masih Hidup!

MAHULU – Kecelakaan angkutan sungai kembali terjadi di Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu), pada Senin sore, 28 Juli 2025.

Moda transportasi air jenis speedboat yang membawa sekitar 16 penumpang itu karam di Riam Napoq Batoq Lavung, kawasan Riam Panjang, Kecamatan Long Pahangai.

Tasiana Buaq, salah satu yang menjadi korban dalam insiden tersebut mengaku sangat syok dan tak menyangka bisa selamat dari musibah itu.

Di wilayah tersebut memang terdapat banyak riam, ada yang kecil, sedang bahkan ada yang lebih mengerikan, tak jarang menelan korban jiwa.

Pada saat memasuki riam pertama dari wilayah hulu, Buaq bersama rekan penumpang lainnya sempat turun dari speedboat dan berjalan kaki sejauh lebih dari 1 kilometer.

Keputusan turun dari speedboat itu karena medan riam cukup mengerikan, terlebih kondisi air sangat kecil dan terdapat banyak batu yang menjulang tinggi di tengah sungai.

Speedboat yang mereka tumpangi kemudian lanjut berlayar dalam kondisi tidak ada penumpang.

Hanya barang-barang mereka saja di atas speedboat tersebut.

Setelah melewati riam pertama, speedboat kemudian balik arah untuk menjemput para penumpangnya.

“Pas masuk riam pertama itu kami sempat jalan kaki. Jalan itu bukan di aspal, tapi harus manjat batu dan kayu yang melintang di pinggir sungai,” ungkap Buaq menceritakan perjalanan itu kepada NOMORSATUKALTIM, Selasa, 29 Juli 2025.

Tak sampai di situ, perjalanan setelah melewati riam pertama kembali dihadapkan dengan riam lagi.

Namun di riam kedua ini, Buaq bersama rekan lainnya memilih tidak turun dari speedboat, karena terlalu capek berjalan kaki di riam pertama tadi.

Perjalanan pun dilanjutkan dan sampai ke riam ketiga. Di riam ketiga itu, Buaq sempat mengambil video perjalanan.

Namun beberapa saat kemudian Speedboat tiba-tiba tersentak.

Setelah itu, kondisi moncong speedboat tiba-tiba belok ke arah kanan dan langsung terbalik dengan kondisi mesin yang masih hidup. Semua yang ada dalam speedboat tercebur ke sungai dan langsung berusaha menyelamatkan diri.

“Kami juga kaget, kok dia (speedboat, red) tiba-tiba belok ke kanan. Mesin tetap hidup. Nabrak batu kemudian langsung terbalik. Kami nggak paham itu kenapa. Saya nggak sempat tanya juga sama motorisnya,” jelas Buaq.

Beruntungnya, di tengah kondisi tersebut tiba-tiba saja muncul satu perahu Longboat kecil, dan langsung membantu mereka.

“Dalam suasana itu, tiba-tiba ada perahu long boat kecil datang. Kami diselamatkan. Kalau tidak, kami bakal larut dengan arus air sederas itu. Kalau di riam itu arus airnya sangat deras, mengerikan,” katanya.

uaq dan para penumpang lainnya sangat tidak menyangka bahwa bisa selamat dari insiden tersebut.

Sebab, dari beberapa kejadian sebelumnya, jarang sekali orang selamat dalam kondisi karam di kawasan tersebut.

Kawasan riam panjang yang terkenal angker itu hampir setiap tahun menelan korban jiwa.

Sudah banyak moda transportasi air yang karam di kawasan tersebut, terutama saat kondisi air surut.

Tingkat risiko di beberapa riam yang ada memang berbeda-beda. Ada riam yang berbahaya sekali ketika air besar, namun aman-aman saja ketika kondisi air kecil, seperti riam udang.

Sebaliknya ada riam yang berbahaya saat kondisi air kecil, namun justru aman-aman saja ketika air Mahakam besar, seperti kawasan riam panjang.

“Orang bilang, kawasan riam panjang itu kayak kuburan menganga, yang setiap saat dia bisa menelan korban jiwa. Sebenarnya banyak menelan korban jiwa disitu. Yang beruntung itu kami. Ketika kami terbalik itu, mustahil. Tapi puji Tuhan kami bisa selamat. Biasanya orang dalam posisi karam seperti itu nggak selamat,” ujarnya dengan nada syukur.

Akses transportasi di Mahakam Ulu ini memang sangat sulit. Kemana-mana harus lewat sungai Mahakam. Jalan darat memang ada, tapi kondisinya sangat tidak layak dilewati, apalagi akses menuju perbatasan seperti Kecamatan Long Apari.

Masyarakat setempat selalu bertanya, kapan mereka mendapatkan akses transportasi darat yang memadai?

Pertanyaan itu sering kali muncul di tengah kegelisahan masyarakat yang dihadapkan dengan akses yang sulit itu.

Bahkan masyarakat setempat beranggapan bahwa mereka sedang dianaktirikan dari proses pembangunan.

Karena dari tahun ke tahun tidak ada perubahan signifikan terhadap kondisi infrastruktur jalan di wilayah mereka.

“Di sini jalannya sangat parah. Kalaupun kamu naik mobil dengan kondisi jalan seperti itu, biayanya juga sangat mahal. Sekitar 2-3 jutaan,” ungkap Buaq.

Di tengah kondisi kesulitan akses transportasi ini, masyarakat Mahulu terutama di wilayah perbatasan sangat mengharapkan perhatian nyata pemerintah.

Sehingga permasalahan yang diulang terus setiap tahun itu tidak terjadi lagi.(Redaksi swanara)

scroll to top