Bupati Jember Memimpin Upacara Penurunan Bendera Pusaka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Di Alun-Alun Kabupaten Jember

20220817180947_IMG_7685-768x512-1.jpg

JEMBER-Bupati Jember Ir. H. Hendy Siswanto memimpin upacara penurunan bendera pusaka Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Alun-alun Kabupaten Jember, Rabu sore 17 Agustus 2022.

Upacara tersebut diakhiri dengan penampilan drama kolosal perjuangan Letkol. Inf. (Anumerta) Moch. Sroedji melawan penjajah.

Dikisahkan Sroedji merupakan musuh nomor satu bagi Belanda di wilayah Jember dan sekitarnya.

Sroedji adalah Komandan Brigade III Damarwulan, sebuah kesatuan militer yang membawahi sejumlah batalion di kawasan eks Karesidenan Besuki.

Setidaknya ada empat batalyon yang berada di bawah kendali Letkol Sroedji: Yon 25 pimpinan Mayor Syafiuddin, Yon 26 pimpinan Mayor Magenda, Yon 27 pimpinan Letkol Abdul Rivai dan Yon Depo pimpinan Mayor Darsan Iru serta ditambah dua kompi Mobrig (Mobil Brigade) dan satu kompi (PM) Polisi Militer.

Ia mempunyai 5000 prajurit yang ditugaskan oleh Panglima Besar Jenderal Soedirman untuk menumpas pasukan Belanda, setelah penjajah itu mengingkari Perjanjian Renville pada Januari 1948, dan meluluhlantakan Yogyakarta yang saat itu merupakan ibukota Indonesia

Selasa, 08 Februari 1949, Seorang prajurit muda tiba-tiba datang dan tanpa mengindahkan etika militer lagi, menerobos masuk ruangan rapat para perwira Brigade III Damarwulan.

“Belanda datang, Pak!”

Mendengar kabar itu, Sroedji terdiam sejenak kemudian menyerukan pasukannya untuk mengadakan perlawanan.

Pasukan Sroedji menyambut kedatangan pasukan Belanda yang mengepung Karang Kedaung, Letkol. Sroedji berada di paling depan barisan pasukannya.

Dengan pistol di tangannya, Sroedji bergerak ke Palagan. Turut ikut dengannya yakni Letkol. dr. Soebandi, Residen Militer Besuki.

Dalam pertempuran itu, Sroedji terkena tembakan. Lalu ia bersuara;

“Kur! Saya kena,” teriak Sroedji memanggil pengawalnya bernama Abdul Syukur.

Abdul Syukur dan Letkol dr. Soebandi lantas memapah Sroedji menghindar ke tempat aman, tepatnya di sebuah parit.

Rupanya militer Belanda brutal, tak mengindahkan aturan perang, mereka menembaki Soebandi yang sedang melakukan pengobatan kepada Sroedji.
(Redaksi Swanara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

scroll to top