Tertegun diri mengingat umur yang bertambah, namun sejatinya usia yang semakin berkurang. Sudah mulai terasa langkah kaki tak segesit lagi seperti dulu, lutut mulai melemah seakan tak berdaya. Mata mulai rabun ketika senja telah tiba. Telinga pun sudah mulai berkurang kepekaannya.
Hari berganti pekan tak terasa waktu sudah penuh sebulan. Begitu pun bulan berlalu hingga tiba di penghujung tahun menuju pergantian tahun. Putaran waktu tak ada yang bisa menahan, hingga suatu saat akan tiba bagi kita di penghujung kehidupan.
Teringat firman اَللّهُ ﷻ :. *_Kemana kalian akan pergi (QS : At-Takwir, 26) ?_*
Tak ada jawaban atas pertanyaan itu. Tak pernah kita tahu kemana akan menjalani kehidupan yang abadi kelak, ke tempat kebahagiaan atau justru sebaliknya ke tempat kesengsaraan abadi ?
Ingat, bahwa kematian bukan soal usia. Ada yang baru terlahir di dunia اَللّهُ ﷻ sudah panggil menghadap-Nya.
Ada yang berusia remaja ternyata sudah habis masanya.
Ada yang mulai tumbuh mendewasa ternyata telah sampai di batas umurnya.
Bahkan sudah tua renta اَللّهُ ﷻ masih ijinkan untuk menikmati hidupnya.
Alkisah, suatu ketika Imam Hasan Al-Bashri mengangkat pertanyaan di suatu majelis, *_”Wahai para orang lanjut usia yang terhormat, apakah yang dinanti dari tanaman pertanian yang sudah tua?”_*
Mereka menjawab, *_”Masa panen.”_*
Lalu Imam Hasan Al-Bashri melemparkan pandangannya pada para pemuda dan berkata, *_”Para pemuda yang kucintai, ingatlah adakalanya tanaman itu layu sebelum tua.”_*
Mari kita pejamkan mata sejenak dan renungi nasihat Imam Hasan Al Bashri hingga menyadari bahwa semua yang berlalu tak bisa kembali. Maka tanamlah kebaikan hingga kelak mulia saat berjumpa kematian.
Yuk berdoa :
*”Ya Allah, karuniakanlah aku cinta kepada-Mu, cinta kepada orang-orang yang mencintai-Mu dan cinta kepada amal-amal yang mendekatkanku kepada cinta-Mu”.*
والله اعلم بالصواب
Drs Ibnu Hajar M.Si
Alumni Pondok Pesantren Tebuireng 1980
Pondok Aren
Selasa, 31 Desember 2024
29 Jumadil Akhir 1446
